Penanaman Mangrove Dengan Sistem Rumpun Berjarak di Kepulauan Seribu
Jumat, 16 November 2018
Jakarta, ITJEN KLHK - Dirintis pertama kali oleh Bapak Ir. Sumarto, MM pada tahun 2003 ketika masih menjabat Kepala Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Ide menanam mangrove dengan sistem rumpun berjarak saat itu muncul secara tidak sengaja, ungkap Pak Sumarto yang saat ini menjabat Inspektur Wilayah II Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Saat itu, Ia menemukan 2.000 batang pohon mangrove yang tertinggal di laut yang masih hidup. Tepatnya pada tahun 2003, percobaan penananaman mangrove dengan sistem rumpun berjarak ia lakukan di Pulau Pramuka dengan cara swadana.
Pada tahun 2004, Bapak Sumarto dan timnya mendapati hasil yang bagus, dalam satu tahun ditanam 1,81 juta mangrove di 15 pulau di Kepulauan Seribu, dengan tingkat keberhasilannya di atas 70%-80%.
Mangrove (bakau) adalah nama sekelompok tumbuhan dari marga Rhizophora, suku Rhizophoraceae. Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri yang menyolok berupa akar tunjang yang besar dan berkayu, pucuk yang tertutup daun penumpu yang meruncing, serta buah yang berkecambah serta berakar ketika masih di pohon.
Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat dimana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak.
Penanamam magrove sistem berjarak adalah penanaman rapat per rumpun yang berjumlah 550 batang, 50 batang (panjang), dan 11 batang (lebar) dengan kedalaman 20-25 cm, jarak per rumpun adalah satu meter.
Pertanyaan yang mucul, kenapa harus sistem berumpun? “Karena sistem rumpun berjarak berfungsi untuk mengokohkan dan menjerat hara (lumpur) juga sebagai tanda adanya kegiatan, sehingga nelayan tidak menebar jaring di sana. Selain itu, dilakukan pula pemagaran di luar lokasi penanaman mangrove dengan besi bekel berjarak 4 meter, disisipi bambu rangkap setiap meternya, lalu diberi jejaring yang fungsinya untuk menahan sampah agar tidak masuk ke lokasi penanaman mangrove.” jelas Pak Sumarto mengakhiri percakapan.
*R.P
Salin Tautan :